Iya bener…!!
Saya udah pernah
ngalamin. Mulai gimana bahagia-nya ngikutin passion, sampai hal yang
menyakitkan :D
Saya ini orangnya ga
tegaan, buang bungkus permen aja saya ga tega. Ga tega kalau bungkus ini bakal
kececer sama sodara-sodaranya yang lain. Ahh mereka kan benda mati…
Sampai suatu saat
saya dihadapkan oleh pilihan, mau kemana pendidikan tinggi ini saya lanjutkan.
Saya ga suka berhitung, ngapalin, dan suatu hal yang menurut saya susah. Hidup
saya lancar tapi ga maksimal (menurut saya). Hingga akhirnya saya mantapkan diri,
sebagai orang sosial, saya pilih sesuatu berbau sosial. Ilmu Kesejahteraan
Sosial. Ilmu yang membawa saya ke hadapan yang terhormat bernama PASSION !
Passion dalam bahasa
linggis artinya gairah. Bukan mengarah ke sex, tapi lebih keinginan kita yang
sebenarnya untuk berbuat sesuatu. Saya mungkin bisa memaksakan diri untuk masuk
ke Fakultas Ekonomi, tapi kalau bukan passion saya ? mungkin berakhir dengan
ketidak-maksimal-an (kemungkinannya
banyak yaaa)
Saya jadi ingat
gimana saya nangis di depan TL (Team Leader) saya pada sebuah Bank Asing di
Jakarta. Saya ga tahan kerja disana, saya Cuma ingin jadi Pekerja Sosial itu
aja, titik. Dalam pikiran saya, saya harus ndapetin kerjaan yang pas (sangat
idealis). Setiap pulang kantor dan lewat Jl. Margaguna, saya selalu berdoa dan
bergumam dalam hati bahwa suatu saat saya akan berada disana. 7 bulan saya
berada di Bank Asing dan masih terus berusaha untuk mencari jalan menjadi
PekSos. Alhamdulillah kesempatan itu datang. Saya diterima di Kementerian
sebagai PekSos (kontrak) dan ketika saya menerima undangan diklat, tempat
diklat itu berada di Jl. Margaguna. Suatu tempat yang saya ga akan lepas doa
biar masuk kesana. Dan alhamdulillah LOA (Law of Atraction) itu berjalan.
Passion sudah saya
ikutin. Saya ditempatkan di sebuah panti di daerah Lenteng Agung. Hanya 6 bulan
saya betah, setelah kepindahan saya ke daerah domisili di tolak, saya resign.
Kemana passion mu tya ?
Saya akui, setelah
itu saya menyesal. Saya mulai bisa menerima hal-hal yang Allah tunda berikan
untuk saya.
Setelah nganggur
kira-kira 6 bulan. Saya diterima di Dinas kepunyaan Provinsi (kontrak) sebagai
seorang fasilitator pedesaan. Suatu hal yang sangat menyenangkan. Desa yang
nyaman, berbatasan dengan kota. Saya
mulai merintis lagi, karir menurut passion saya. Karir di lapangan, pekerjaan
seperti ini yang saya butuhkan. Memulai membuat PAUD, mempelajari cara membuat
pupuk, dls. Sampai akhirnya kesempatan menjadi Pekerja Sosial sebagai PNS
terbuka. Saya masuk di Dinas saya saat ini pada 2011. Lagi-lagi saya selalu
berdoa dan meyakinkan diri saya kalau lewat daerah Rampal Malang. Bahwa suatu
saat saya akan bekerja disana :)
Bayangan saya,
bekerja di Panti, sebagai Pekerja Sosial sangat-sangat menyenangkan. Mengajar,
mendidik dan membantu sesama yang membutuhkan. Berburu buku-buku yang nantinya
akan berguna nantinya. Sampai akhirnya
saya masuk kantor dan saya ditempatkan sebagai Sekretaris. Bukan sebagai
Pekerja Sosial. Passion saya ? Masih ada.. Masih…
Di sekretaris, saya
bersyukur pernah bekerja di Bank Asing dan mengetahui cara-cara untuk
meng-handle konsumen. Apa yang saya dapatkan dulu, saya praktekkan kembali
tanpa mematikan passion saya. Sampai suatu saat saya bimbang. Di satu sisi,
pekerjaan ini akan membuat kantong saya tebal, di sisi lain passion saya akan
membuat kantong saya biasa-biasa saja. Seorang sahabat hanya mengingatkan
dengan kalimat "Tujuan mu apa ?". Saya menolak ketika saya diajukan
mendapat pelatihan ke Australia. Karena pimpinan saya menyayangkan saya bila
menjadi PekSos. Beliau berpikir, saya pantas nantinya akan berada di puncak
karier sebagai seorang pemimpin. Ini lah pertama kalinya passion saya kalah
telak…
Hingga suatu hari,
suatu masalah membuyarkan apa yang sudah saya rencanakan. Sekarang atau tidak
sama sekali. Mau tidak mau saya harus mengikuti passion saya. Allah datang
mengingatkan saya. Mengingatkan bahwa proses yang baik ini jangan diputuskan
begitu saja. Passion itu dan saya sekarang. Berada di sebuah tempat yang untuk
membantu para Cacat Netra, berproses menuju kebaikan. Menjadi Pekerja Sosial
Profesional.
Passion itu
menyakitkan.
Tapi itu yang membuat saya bahagia.